Refleksi Perkuliahan Filsafat Ilmu Prof Marsigit MA.
Pertemuan 12- Disharmoni Pendidikan Indonesia
Oleh : Insan Agung Nugroho/PmC 2017
Assalamualaikum wr wb.
Perkuliahan filsafat pada pertemuan hari ini masih berlangsung
denga baik, tetap diruang dan waktu yang sama, walaupun dalam keadaan yang
berbeda. Sebagai contoh umur yang bertambah, pecan kemaren dengan pecan sekarang
kita sudah bertambah umurnya. Untuk itu marilah kita bersyukur selalu atas
kesempatan yang telah Allah berikan.
Pada pertemuan ini beliau menjelaskann tentang paham yang
berkembang di dunia barat, seperti Amerika Serikat. Liberalisme sudah mafhum
kita pahami sebagai pahamnya Amerika, namun hal ini diyakini yang meruntuhkan
ekonomi Amerika. Hal ini karena perubahan pucuk pimpinan yang sangat populis,
menginkan hanya dia yang menguasai segala sector strategis.
Keadaannya berbeda dengan Indonesia, sebagai Negara dengan kategori
berkembang, pemimpinnya hanya mempunyai senjata ketika berkunjung ke Negara lain,
yaitu invest, invest, dan invest. Dalam dunia perekonomian, tentunya ini
menguntungkan Indonesia karena mendapat suntikan dana untuk embangunan, namun
dari investor sendiri semakin menguatkan pengaruh mereka dalam kebijakan
ekonomi Indonesia.
Walaupun demikian, Indonesia berusaha untuk selalu memperbaiki
diri, dengan berbagai aturan yang ada. Namun naampaknya belum dapat menjerat
kejahatan yang menjadi penyakit bagi bangsa-bangsa, yaitu korupsi. Korupsi
adalah musibah yang paling sering menghancurkan pembangunan suatu bangsa. Hal
ini terjadi pada berbagai sector, bahkan dalam lingkup pendidikan. Segala hal
yang berbau kebijakan pendidikan, maka disitu aka nada celah untuk korupsi.
Entah itu ujian nasional, buku teks k13, dsb. Nampaknya sudah menjadi ego bagi
pembuat kebijakan dan pemerintah itu sedniri.
Secara filosofis, Indonesia sudah mempunyai landasan yang bagus,
yang dicetuskan oleh Ki Hajar Dewantara, yaitu Ing ngarso sung Tulodho, Ing
Madya mangun Karso, tut Wuri Handayani. Namun sepertinya sudah mulai dilupakan
oleh para petinggi Negara. Konsep ing ngarso sung tulodho hanyalaah semboyan
saja, tanpa diterapkan oleh pemerintah sebagai garda terdepan kemajuan
pendidikan. Pemerintah masih mengedepankan ego-transaksionalnya. Padahal peran
pendidikan sangatlah penting dalam membangun suatu bangsa. Selain system yang
bagus, metode dalam pembelajaran di kelas juga harus inovatif dan kreatif, guru
merancang sebuah aktivitas belajar bagi siswa, sehingga ssiwa mengalami proses
pembelajaran. Sehingga diperoleh pembelajaran yang bermakna bagi siswa.
Berkaitan dengan pembelajaran, system pendidikan yang katanya
berlandas pancasila, namun kenyataan na masih berlandaskan capitalism.
Orientasi hanya pada materi saja, karena anggapan yang mempunyai materi banyak,
maka akan suskes dan bahagia. Oleh karena itu proyek-proyek pendidikan selalu
digulirkan dan sulit untuk distop, seperi UN, proyek buku ajar, dan sebagainya.
Maka dari itu, sudah menjadi tugas kita untuk merubah paradgima itu nantinya,
minimal dari diri sendiri.
Wassalamualaikum wr wb.
No comments:
Post a Comment