Refleksi Perkuliahan Filsafat Ilmu Prof Marsigit MA.
Pertemuan 7- Abstraksi Filsafat
Oleh : Insan Agung Nugroho/PmC 2017
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakhaatu
Kuliah
filsafat ilmu pertemuan 7 dilaksanakan
pada 31 Oktober 2017 pukul 07.30 – 09.10 Ruang I.02.5.01.13.
Pada pertemuan ini, Prof Marsigit memberikan tes jawab
singkat seperti biasanya.Kuliah di awali dengan berdoa terlebih dahulu,
selanjutnya pertanyaan dari tes jawab singkat tersebut banyak membahas mengenai
objek filsafat meliputi yang ada dan yang mungkin ada, wadah dan isi.
Sebuah
titik, atau apapun itu merupakan hasil asbtraksi, karena titik merupakan benda
piker. Artinya titik tidak mempunyai ukuran panjang, luas, atau lebar.Titik
mempunyai sifat sebagai wadah dan isi. Apabila di asbtraksi lagi, titik
mempunyai wadah dan isinya. Ketika
menuliskan titik, maka itu adalah bayangan dari titik dipikiran kita. Misal
kita tuliskan 2 titik berbeda, yaitu A dan B, kemudian kita tarik garis dari A
ke B, makaitu sudah menjadi kenyataan, karena terbtas pada ruang dan waktu.
Hal inilah yang membuat anak-anak susah untuk belajar
matematika karena belajar benda pikir. Disini artinya, dimana tidak ada ruang
dan waktu dimasuki ruang dan waktu. Ternyata pada fase berikutnya kita
menemukan bahwa ruang dan waktu itu naik ke langit, karena pikiran kita bisa
memikirkan dua buah titik yang berbeda. Bagaimana kita bisa melakukannya? Yaitu
melalui bayangan yang ada di bumi. Jadi yang kita pikir adalah bayangan yang
ada di bumi, yaitu yang ada di papan tulis, ini dinamakan hermeneutuika, yaitu
pikiran menerjemahkan kenyataan, kenyataan menerjemahkan pikiran dan demikian
seterusnya.
Jika
titik tidak terkait dengan ruang dan waktu, maka dalam
pikiran kita seharusnya hanya ada satu titik. Karena di pikiran kita terbebas dari
ruang dan waktu, karena pikiran bersifat identitas, jika seperti itu, bagaimana
kita bisa membuat garis A ke B? Oleh karena itu dalam pikiran membutuhkan
bantuan dari bayangan untuk memahaminya. Inilah ciri khas manusia yang tidak
sempurna, bisa memikirkan dari bayangannya.
Kedudukan bilangan itu lebih tinggi dibandingkan tititik. Karena titik garis
dan bidang merupakan bayangan dari bayangan kita, atau bayangan dari kenyataan.
Jadi di dalam pikiran struktur geometri lebih rendah dibandingkan struktur
aritmetik. Struktur aritmetik, bilangan 3 hanya ada 1. Namun, kalau titik itu
lebih dari satu, maka itu merupakan refleksi dari bayangan atau kenyataan.
Disini antara titik dan 3 sama-sama merupakan benda pikir namun benda pikir tersebut memiliki
tingkatan yang berbeda. Inilah yang namanya berpikir kritis. Jadi, olah pikir
kita mencerdaskan. Ternyata juga dalam pikiran kita itu bertingkat-tingkat.
Bilangan itu lebih abstrak dari geometri. Aritemetik bilangan itu merupakan
bayangan dari kenyataan namun terbatas.
Penjelasan
mengenai abstraksi, bahwa jika abstraksi di abstraksi lagi maka akan menjadi reduksi. Pada
dasarnya abstraksi itu reduksi. Walaupun ini memiliki arti yang sama, namun
pada dasarnya kita mencari mana yang lebih dahulu dan mana yang lebih sempit
dan luas serta mana komponennya. Demikian juga abstraksinya abstraksi dan
idealnya abstraksi itu reduksi. Jadi reduksi itu lebih tinggi lagi. Sebenarnya
reduksi itu istilah filsafatnya, untuk orang awam itu sama saja dengan memilih.
Memilih itu juga reduksi, serta dipilih juga reduksi.
Reduksi itu memiliki arti yang lebih tinggi dari memilih dan di pilih. Karena reduksi
itu ada dua yaitu memilih dan dipilih. Jadi yang di dapat dipecah itulah yang
memiliki kedudukan atau tingkatan yang lebih tinggi. Setinggi-tingginya dari
yang ada dan yang mungkin ada itu komponen dasarnya adalah wadah dan isi. Jadi
wadah dan isi merupakan bentuk umum. Wadah sebagai takdirnya, vital, isi sebagai ikhtiarnya, fatal.
Manusia diciptakan berdasarkan filsafat wadah dan isi. Jadi dalam filsafat
wadah ada isi, di dalam isi ada wadah dan isi, dan seterusnya,
hal inilah yang dinamakan infinit
regres. Ideal itu tidak hanya sempurna, tetapi di atas sempurna. Jadi, ideal dari ideal itu merupakan
kuasa Tuhan. Jika sudah kuasa Tuhan, maka kita tidak bisa berfikir kembali,
karena kuasa Tuhan itu paling tinggi. Selanjutnya abstraksi dari ideal, atau
ideal di ambil saripatinya, itu dinamakan absolut. Sebab jika sudah absolit,
masing-masing sudah terangkum, jadi tidak universal. Jika absolut di abstraksi
lagi, maka ujung-ujungnya adalah kuasa Tuhan. Ini merupakan hubungan konsep
pikiran dengan spiritual. Pikiran yang tertinggi itu jika di idealisasi maka
jadi kuasa Tuhan. Ketika berpikir wadah da nisi ciptaan
Tuhan, maka dalam kenyataan sudah terbatas oleh ruang dan waktu, artinya wadah
da nisi sudah berbeda maknanya. Demikian refleksi perkuliahan, mari ditutup
dengan berdoa.
Wassalamu’alaikum
Warahmatullahi. Wabarakhaatu
No comments:
Post a Comment