DISKUSI DALAM
PEMBELAJARAN MATEMATIKA
Pada tulisan ini
mengindentifikasi bahwa ada tiga pola atau contoh dalam mengembangkan
aturan matematika. Dengan menggunakan pekerjaan siswa sangatlah
penting. Karena aturan atau norma adalah tentang pekerjaan atau
kegiatan di matematika, penggunaan pekerjaan matematika biasa untuk
mengkomunikasikan aturan. Selain itu juga siswa terbiasa dengan
pekerjaan mereka, dengan menggunakan pekerjaan siswa diharapkan dapat
memfasilitasi siswa dalam memahami aturan atau norma tersebut. Dengan
membandingkan pekerjaan siswa juga sangat membantu siswa dalam
memahami aturan secara jelas sesuai dengan kemampuan metakognisi
mereka pada pekerjaan mereka sendiri.Menunjuk dan menyalahkan siswa
yang melanggar aturan bisa jadi menyakiti perasaan merekan, sehingga
perhatian lebih perlu diberikan kepada siswa yang tidak mengikuti
aturan yang menandakan “kompetensi” guru. Di data aturan 1 – 3,
guru membuat langkah – langkah yang jelas dan eksplisit. Untuk
aturan 4, guru juga harus secara implisit dengan tidak menunjuk dan
menyalahkan siswa yang melakukan pelanggaran.
Tiga pola ini
dapat ditemukan pada strategi yang biasa digunakan untuk mengenalkan
aturan. Sebagai contoh, Voigt (1995) mendiskusikan cara “tidak
langsung” dalam mengenalkan aturan tentang “ perhitungan sebagai
solusi matematika yang paling bagus”. Strategi ini menyorti pokok
dari solusi siswa yang paling bagus. Jadi, strategi ini menggunakan
pekerjaan siswa dan siswa membandingkan pekerjaan mereka secara
implisit. Ini juga menghindari evaluasi negatif yang eksplisit, cara
tidak langsung ini menjaga perasaan siswa yang tidak mengikuti aturan
norma matematika.
Mempelajari aturan
membutuhkan pemahaman tentang hubungan berbagai aturan. Sebuah kelas
pada suatu sekolah di Jepang terdapat suatu komunitas dimana guru dan
siswa tinggal bersama, berunding tentang suatu arti, berbagi tujuan
bersama, dan membentuk identitas diri mereka. Itu adalah bentuk dari
“ Pelatihan dalam suatu komunitas”. Suatu generasi dari suatu
komunitas dapat memperbaiki, mengubah, atau menghilangkan berbagai
jenis pola yang disebut dengan aturan, standar, kewajiban, aturan,
kebiasaan, dan kesukaan. Berdasarkan aturan matematika diatas, saya
mengidentifikasi bahwa “ dalam matematika Anda tidak bisa menulis
apa yang Anda punya sebagai suatu yang benar “. Ini sesuai dengan
moral umum “ Anda tidak seharusnya berbohing kepada orang “.
Aturan matematika nampaknya perlu dikembalikan atau disahkan dengan
aturan sosial.Inilah mengapa aturan perlu diserukan kepada para
pendidik dan para siswa. Selain itu, berdasarkan perhatian guru
terhadap perlakuan atau treatmen yang dilakukan tidak memuaskan
pemenuhan aturan matematika. Perlakuan atau treatmen guru nampaknya
sesuai dengan aturan sosial, seperti “ Usaha untuk menjelaskan
sesuatu dari guru perlu dihormati”.
Selanjutnya,
aturan kadang menyebabkan suatu dilema. Kenyataannya, aturan 1 dan 2
terlihat bertentangan. Aturan 4 mengindikasikan bahwa kegunaannya
tidak selalu memberikan nilai tertinggi. Aturan mana yang akan
dipakai itu tergantung konteks dimana siswa berada. Dalam kerangka
teoritik, aturan tidak dapat menggambarkan kebiasaan siswa. Aturan
tidak lebih sebagai pengetahuan kebudayaan.
No comments:
Post a Comment