MODEL GUNUNG ES
Guru
sebagai komponen penting dalam kegiatan belajar-mengajar, tentunya
ingin agar siswa nya mampu mencapai standar kompetensi yang telah
ditentukan. Tantangan seorang guru matematika yaitu harus mampu
mengajarkan matematika dengan baik agar siswa dapat mengerti. Salah
satunya yaitu dengan mengembangkan pembelajaran matematika.
Pengembangan pembelajaran menuntut kreatifitas dari seorang guru agar
siswa dapat memahami materi yang disampaikan. Salah satu model yang
berpusat pada siswa yaitu ‘ Model Gunung Es’ yang dikemabangkan
oleh Freudenthal dan diterapkan disekolah menengah di USA.
Model gunung es ini untuk
mendukung guru dalam proses dan strategi pembelajaran. Model ini
terbukti mampu mengilustrasikan siswa belajar tentang model
matematika sehingga menjadi matematika formal. Pengembangan model ini
berdasarkan bentuk dari gunung es, dimana kelompok guru bekerja
bersama untuk mencari gambaran dari masalah matematika yang diberikan
dan berdiskusi tenatng rangkaian aktivitas pembelajaran. Model gunung
es ini terdiri dari informal, pre-formal, dan formal.
Pada model gunung es ada
bagian atas gunung dan bagian bawah gunung yang mana lebih luas dari
bagian atasnya yang disebut “ floating capacity”. Bagian atas
gunung es menggambarkan langkah formal atau arti simbol secara
formal, sedangkan bagian bawah gunung es yang mana paling besar
menggambarkan gabungan cara – cara informal, termasuk gambaran
nyata dari konteks. Kiasan ini dapat digunakan dalam berbagai
permasalahan matematika.
Secara umum dalam
mencapai tahap formal tergantung dari level siswa dan penggunaan
“floating capacity”. Dimana gambaran formal memang lebih banyak
dibangun. Akan tetapi ini tidak berarti bahwa jika siswa sudah sampai
memahami secara formal mereka tidak akan pernah menggunakan lagi
pemahaman preformal. Sebaiknya siswa tetap menggunakan pemahaman
preformal, khususnya jika menemui masalah baru yang tidak biasanya.
Jadi sangat beralasan bahwa pembelajaran matematika yang lebih banyak
berkaitan dengan “problem solving” tidak hanya menuntut siswa
untuk memahami semua cara formal, tetapi masalah dapat juga
diselesaikan dengan pendekatan informal atau preformal.
Sumber : “Beneath
the Tip of the Ice berg : Using Representations to Support Students
Understanding” Oleh David C Webb, Nina Boswinkel, dan Truus
Dekker
Ditulis kembali oleh
: Insan Agung Nugroho, Prodi Pendidikan Matematika UIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta
No comments:
Post a Comment