Monday 3 March 2014

PMRI Pemodelan

MODEL GUNUNG ES
Guru sebagai komponen penting dalam kegiatan belajar-mengajar, tentunya ingin agar siswa nya mampu mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan. Tantangan seorang guru matematika yaitu harus mampu mengajarkan matematika dengan baik agar siswa dapat mengerti. Salah satunya yaitu dengan mengembangkan pembelajaran matematika. Pengembangan pembelajaran menuntut kreatifitas dari seorang guru agar siswa dapat memahami materi yang disampaikan. Salah satu model yang berpusat pada siswa yaitu ‘ Model Gunung Es’ yang dikemabangkan oleh Freudenthal dan diterapkan disekolah menengah di USA.
Model gunung es ini untuk mendukung guru dalam proses dan strategi pembelajaran. Model ini terbukti mampu mengilustrasikan siswa belajar tentang model matematika sehingga menjadi matematika formal. Pengembangan model ini berdasarkan bentuk dari gunung es, dimana kelompok guru bekerja bersama untuk mencari gambaran dari masalah matematika yang diberikan dan berdiskusi tenatng rangkaian aktivitas pembelajaran. Model gunung es ini terdiri dari informal, pre-formal, dan formal.
Pada model gunung es ada bagian atas gunung dan bagian bawah gunung yang mana lebih luas dari bagian atasnya yang disebut “ floating capacity”. Bagian atas gunung es menggambarkan langkah formal atau arti simbol secara formal, sedangkan bagian bawah gunung es yang mana paling besar menggambarkan gabungan cara – cara informal, termasuk gambaran nyata dari konteks. Kiasan ini dapat digunakan dalam berbagai permasalahan matematika.
Secara umum dalam mencapai tahap formal tergantung dari level siswa dan penggunaan “floating capacity”. Dimana gambaran formal memang lebih banyak dibangun. Akan tetapi ini tidak berarti bahwa jika siswa sudah sampai memahami secara formal mereka tidak akan pernah menggunakan lagi pemahaman preformal. Sebaiknya siswa tetap menggunakan pemahaman preformal, khususnya jika menemui masalah baru yang tidak biasanya. Jadi sangat beralasan bahwa pembelajaran matematika yang lebih banyak berkaitan dengan “problem solving” tidak hanya menuntut siswa untuk memahami semua cara formal, tetapi masalah dapat juga diselesaikan dengan pendekatan informal atau preformal.
Sumber : “Beneath the Tip of the Ice berg : Using Representations to Support Students Understanding” Oleh David C Webb, Nina Boswinkel, dan Truus Dekker
Ditulis kembali oleh : Insan Agung Nugroho, Prodi Pendidikan Matematika UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

No comments:

Post a Comment

Refleksi Perkuliahan Filsafat Ilmu-Etik dan Estetika Pertunjukan Wayang

Refleksi Perkuliahan Filsafat Ilmu Prof Marsigit MA. Etik dan Estetika Pertunjukan Wayang Oleh : Insan Agung Nugroho/PmC 2017 Ass...