Refleksi Perkuliahan Filsafat Ilmu Prof Marsigit MA.
Pertemuan 3- Eksistensi Filsafat
Oleh : Insan Agung Nugroho/PmC 2017
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakhaatu
Perkuliahan pertemuan 3 ini dilaksanakan pada 03 Oktober 2017 pada 07.30 – 09.10 di ruang Pascabaru.5.01.13. Pertemuan kali ini
di awali dengan disharmoni Prof
Marsigit, dikarenakan buku prsesensi yang hilang sehingga kami harus mencari
terlebih dahulu. Setelah berusaha lama, akhirnya kami mendapatkan presensi
baru. Akhirnya pada pertemuan ini, Prof lebih banyak membahas mengenai pentingnya buku presensi, tanda tangan bagi arti kehadiran kami di kelas dalam mengikuti
perkuliahan.
Filsafat itu berkaitan dengan
eksistensi. Filsafat itu
meliputi yang ada dan yang mungkin ada. Jadi, jangan berfikir bahwa filsafat
itu tidak ada gunanya sama sekali. Contoh yang sepele seperti batuk, batuk juga
bisa kita filsafatkan, namun kebanyakan kita tidak paham filsafat batuk itu
seperti apa. Ketika mendapatkan nilai tidak nol pada saat tes jawab
singkat, jangan langsung
merasa bangga bahwa kita itu sudah paham filsafat. Pada dasarnya filsafat itu
mencerdaskan baru kita berfikir yang lain-lain.
Ketika kita sudah
berfikir yang lain-lain namun tidak paham filsafat, maka kita akan
terserek-serek dalam memahami sesuatu.
Ketika
banyak orang berpikir bahwa tidak ada manfaatnya mempeljjari filsafat, karena
sudah berpikiran filsafat itu menyesatkan, akan meracuni keyakinan. Padahal
tingkatan filsafat itu masih
di bawah spiritual, tetapi di atas semua ilmu. Filsafat itu olah pikir, maka jangan sampai mencari
spiritual menggunakan fikiran saja. Karena itu tidak cukup. Pada dasarnya
pikiran itu bersifat urusan dunia. Walaupun pikiran itu mampu berfikir sedikit
saja mengenai akhirat.
Dalam melakukan kegiatan
berpikir, sesungguhnya hanya berlandaskan dua hal yaitu, yang punya landasan dan yang tak berlandaskan. Pikiran
yang berlandaskan itu sering
disebut sebagai foundalism.
Spiritual itu merupakan landasan, yaitu landasan keyakinan kepada Tuhan. Pikiran
yang berlandaskan semuanya disebut dengan filsafat foundalism.
Jika fikiran
tak berlandaskan, maka pikiran itu seumpama pelayar di atas perahu yang
berlayar di atas laut namun tidak mengetahui arah kemana perahu itu akan di
arahkan. Pelayar tidak tahu tujuan berlayar itu kemana. Pikiran
yang tak berlandasan di
filsafat itu artinya anti foundationalism. Dalam diri
kita terdapat anti
foundasionalism, yaitu yang dinamakan intuisi. Contoh intuisi itu kita cinta,
suka, benci, dan
rindu kepada seseorang. Ini adalah contoh dari anti foundationalism. Jadi, kita
tidak bisa mengatakan mengapa kita merasakan hal tersebut kepada seseorang.
Namun, ketika bertanya mengapa, apa, bagaimana, dan sebagainya, seluruh
pertanyaan tersebut merupakan fondamen. Apa itu cinta, mengapa kamu cinta dia,
dan setersnya, maka itu terserah yang menjawab, atau bahkan tidak dijawab sama
seklai tidak mengapa. Setiap saat pada dasarnya pikiran itu selalu berlandaskan. Berdoa itu juga merupakan
landasan. Landasan dari berkeluarga adalah bernikah. Landasan dari ilmu adalah
pertanyaan.
Dalam filsafat ada dikenal adanya
asas manfaat, yang disebut dengan utilitariasnnism, atau bisa di katakan dengan aksiologinya filsafat. Marah merupakan dis-harmoni. Ketika kita menjatuhkan sifat, itu artinya determinis. Determin itu
identik dengan kuasa dalam memberikan apa saja. Kuasa menjatuhkan sifat itu
dinamakan dengan seorang determinis. Ketika saya meramal sesuatu terhadap hasil
ujian kalian, itu dinamakan dengan theleologi. Jadi, segala macam perkiraan itu
namanya theleologi. Bisa search theleologi I Kant untuk memahami lebih
mendalam.
Pada saat saya mengatakan dengan ketus, maka itu dinamakan dengan
anarki. Ketika kalian tidak tanda tangan, bisa dikatakan dengan
nihilism. Artinya ketiadaan kita. Keberadaan
kita tidak diakui, eksistensi kita tidak diakui jika tidak ada presensi. Kesepakatan itu ada 2 yaitu kesepakatan dalam arti
rundingan yaitu dialektisisme dan kesepakatan dalam arti landasan yaitu
foundatioanlisme. Karena landasan pada dasarnya adalah kesepakatan.
Rene de Sractes menyebut bahwa pikir berarti rasionalisme. Jadi hidup itu
harus berpikir, pikir, dan
pikir. Jika kita selalu bilang kerja, kerja, dan kerja, ini merupakan mitos.
Karena kerja tidak di fikirkan, dalam filsafat itu mitos. Karena bekerja tidak
dengan pikiran itu rugi. Pengandaian itu dalam filsafat bisa disebut dengan
fiksionalisme. Wajib itu menuju ke absolutisme. Sedangkan anggapan itu artinya
menuju ke idealisme. Baik terbaik itu perfectionisme. Dan fokus atau orang
fokus itu prinsip kerja fenomenologi. Ketika kita fokus itu berarti mengabaikan
yang lain. namanya fokus itu memilih. Atau dinamakan dengan reduksionalisme.
Segala macam sakit itu merupakan disharmoni. Kalau kita berbicara tentang
pasrah, dalam filsafat itu dinamakan fatalisme. Untuk berubah dari fatal
menjadi fital itu sangatlah cepat. Ketika saya menyuruh untuk mengecek kembali,
itu namanya hermeneutika.
Itulah
beberapa hal yang ter refleksi dari pertemuan ketiga dengan Prof Marsigit,
secaraa garis besar filsafat itu mempunyai eksistensi,mempunyai istilah yang
dengan kita memikirkan itu maka akan semakin mudah dalam memikirkan hal lainnya.
Kuliah dituutp dengan berdoa dan salam.
Wassalamu’alaikum
Warahmatullahi. Wabarakhaatu
No comments:
Post a Comment