Sunday 15 October 2017

Refleksi Perkuliahan Filsafat-Eksistensi Filsafat



Refleksi Perkuliahan Filsafat Ilmu Prof Marsigit MA.
Pertemuan 3- Eksistensi Filsafat
Oleh : Insan Agung Nugroho/PmC 2017
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakhaatu
Perkuliahan pertemuan 3 ini dilaksanakan pada 03 Oktober 2017 pada 07.30 – 09.10 di ruang Pascabaru.5.01.13. Pertemuan kali ini di awali dengan disharmoni Prof Marsigit, dikarenakan buku prsesensi yang hilang sehingga kami harus mencari terlebih dahulu. Setelah berusaha lama, akhirnya kami mendapatkan presensi baru. Akhirnya  pada pertemuan ini, Prof lebih banyak membahas mengenai pentingnya buku presensi, tanda tangan bagi arti kehadiran kami di kelas dalam mengikuti perkuliahan.
Filsafat itu berkaitan dengan eksistensi. Filsafat itu meliputi yang ada dan yang mungkin ada. Jadi, jangan berfikir bahwa filsafat itu tidak ada gunanya sama sekali. Contoh yang sepele seperti batuk, batuk juga bisa kita filsafatkan, namun kebanyakan kita tidak paham filsafat batuk itu seperti apa. Ketika mendapatkan nilai tidak nol pada saat tes jawab singkat, jangan langsung merasa bangga bahwa kita itu sudah paham filsafat. Pada dasarnya filsafat itu mencerdaskan baru kita berfikir yang lain-lain. Ketika kita sudah berfikir yang lain-lain namun tidak paham filsafat, maka kita akan terserek-serek dalam memahami sesuatu.
Ketika banyak orang berpikir bahwa tidak ada manfaatnya mempeljjari filsafat, karena sudah berpikiran filsafat itu menyesatkan, akan meracuni keyakinan. Padahal tingkatan filsafat itu masih di bawah spiritual, tetapi di atas semua ilmu. Filsafat itu olah pikir, maka jangan sampai mencari spiritual menggunakan fikiran saja. Karena itu tidak cukup. Pada dasarnya pikiran itu bersifat urusan dunia. Walaupun pikiran itu mampu berfikir sedikit saja mengenai akhirat.
Dalam melakukan kegiatan berpikir, sesungguhnya hanya berlandaskan dua hal yaitu, yang punya landasan dan yang tak berlandaskan. Pikiran yang berlandaskan itu sering disebut sebagai foundalism. Spiritual itu merupakan landasan, yaitu landasan keyakinan kepada Tuhan. Pikiran yang berlandaskan semuanya disebut dengan filsafat foundalism.
Jika fikiran tak berlandaskan, maka pikiran itu seumpama pelayar di atas perahu yang berlayar di atas laut namun tidak mengetahui arah kemana perahu itu akan di arahkan. Pelayar tidak tahu tujuan berlayar itu kemana. Pikiran yang tak berlandasan di filsafat itu artinya anti foundationalism. Dalam diri kita terdapat anti foundasionalism, yaitu yang dinamakan intuisi. Contoh intuisi itu kita cinta, suka, benci, dan rindu kepada seseorang. Ini adalah contoh dari anti foundationalism. Jadi, kita tidak bisa mengatakan mengapa kita merasakan hal tersebut kepada seseorang. Namun, ketika bertanya mengapa, apa, bagaimana, dan sebagainya, seluruh pertanyaan tersebut merupakan fondamen. Apa itu cinta, mengapa kamu cinta dia, dan setersnya, maka itu terserah yang menjawab, atau bahkan tidak dijawab sama seklai tidak mengapa. Setiap saat pada dasarnya pikiran itu selalu berlandaskan. Berdoa itu juga merupakan landasan. Landasan dari berkeluarga adalah bernikah. Landasan dari ilmu adalah pertanyaan.
Dalam filsafat ada dikenal adanya asas manfaat, yang disebut dengan utilitariasnnism, atau bisa di katakan dengan  aksiologinya filsafat. Marah merupakan dis-harmoni. Ketika kita menjatuhkan sifat, itu artinya determinis. Determin itu identik dengan kuasa dalam memberikan apa saja. Kuasa menjatuhkan sifat itu dinamakan dengan seorang determinis. Ketika saya meramal sesuatu terhadap hasil ujian kalian, itu dinamakan dengan theleologi. Jadi, segala macam perkiraan itu namanya theleologi. Bisa search theleologi I Kant untuk memahami lebih mendalam.
Pada saat saya mengatakan dengan ketus, maka itu dinamakan dengan anarki. Ketika kalian tidak tanda tangan, bisa dikatakan dengan nihilism. Artinya ketiadaan kita. Keberadaan kita tidak diakui, eksistensi kita tidak diakui jika tidak ada presensi. Kesepakatan itu ada 2 yaitu kesepakatan dalam arti rundingan yaitu dialektisisme dan kesepakatan dalam arti landasan yaitu foundatioanlisme. Karena landasan pada dasarnya adalah kesepakatan.
Rene de Sractes menyebut bahwa pikir berarti rasionalisme. Jadi hidup itu harus berpikir, pikir, dan pikir. Jika kita selalu bilang kerja, kerja, dan kerja, ini merupakan mitos. Karena kerja tidak di fikirkan, dalam filsafat itu mitos. Karena bekerja tidak dengan pikiran itu rugi. Pengandaian itu dalam filsafat bisa disebut dengan fiksionalisme. Wajib itu menuju ke absolutisme. Sedangkan anggapan itu artinya menuju ke idealisme. Baik terbaik itu perfectionisme. Dan fokus atau orang fokus itu prinsip kerja fenomenologi. Ketika kita fokus itu berarti mengabaikan yang lain. namanya fokus itu memilih. Atau dinamakan dengan reduksionalisme. Segala macam sakit itu merupakan disharmoni. Kalau kita berbicara tentang pasrah, dalam filsafat itu dinamakan fatalisme. Untuk berubah dari fatal menjadi fital itu sangatlah cepat. Ketika saya menyuruh untuk mengecek kembali, itu namanya hermeneutika.
Itulah beberapa hal yang ter refleksi dari pertemuan ketiga dengan Prof Marsigit, secaraa garis besar filsafat itu mempunyai eksistensi,mempunyai istilah yang dengan kita memikirkan itu maka akan semakin mudah dalam memikirkan hal lainnya. Kuliah dituutp dengan berdoa dan salam.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi. Wabarakhaatu

No comments:

Post a Comment

Refleksi Perkuliahan Filsafat Ilmu-Etik dan Estetika Pertunjukan Wayang

Refleksi Perkuliahan Filsafat Ilmu Prof Marsigit MA. Etik dan Estetika Pertunjukan Wayang Oleh : Insan Agung Nugroho/PmC 2017 Ass...