Refleksi Perkuliahan Filsafat Ilmu Prof Marsigit MA.
Pertemuan 4- Peran
filsafat dalam perkembangan dunia 1
Oleh : Insan Agung Nugroho/PmC 2017
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakhaatu
Perkuliahan pertemuan 4 dilaksanakan pada tangal 17 oktober 2017 di
ruang pasca baru 5.13. Pada pertemuan kali ini Prof menjelaskan dengan
ekspositori terkait dengan perkembangan atau yang beliau sebut dengan Narasi
Besar Dunia.Beliau menjelaskan dengan disertai contoh-contoh yang actual di
sekitar kehidupan kita.
Penjelasan di awali dengan gambar sebuah kapal, yang terletak di
atas air dan di dalam air terdapat “cetol-cetol” atau ikan kecil. Kapal
tersebut menjelaskan tentang waktu sekarang yang membawa filsafat bahasa. Jadi
jaman sekarang ini adalah bahasa, sebenar-benarnya diri kita adalah bahasa,
sebenar-benarnya istri kita adalah bahasa.
Beliau kemudian menarik garis waktu dari kapal kecil ini ke
belakang sampai pada awal jaman, sekitar abad 200 SM. Selain menarik garis waktu, beliau juga
membuat bagian bawah garis waktu sebagai bumi, atau disebut relativisme,
sedangkan bagian atas garis waktu disebut sebagai langit, idealism. Dunia
langit adalah dunia pikiran, sedangakan dunia bumi adalah dunia realitas.
Antara bagian langit dan bagian bumi selalu bertentangan. Dunia
langit atau pikiran selalu bersifat monoisme, sedangkan dunia bumi bersifat
pluralism. Dunia langit bersifat absolutism, spriritualisme, kuasa Tuhan,
sedangan bagian bawah adalah bayangan dari dunia langit. Kita sekarang ini
adalah bayangan orangtua kita dahulu.
Selama berabad-abad dunia langit dan bumi selalu bertentangan,
dunia langit yang dipelopori oleh Rene Descartes dengan paham rasionalismenya.
Rasionalisme selalu menuhankan pikiran, hal yang tidak logis, tidak sesuai
jalan pikiran maka salah. Dalam matematika asalkan logis dan sesuai aturan maka
dianggap benar. Contohnya seperti definisi-definisi, teorema, dan teori-teori
yang logis.
Lawan dari rasionalisme, atau dunia bawah adalah empirisme, yang
tokohnya adalah David Hume. Empirisme mengandalkan intuisi dan pengalaman. Maka
dalam empirisme tidak ada definisi-definisi, bahkan hal yang terkadang tidak
logis atau sesuai pikiran. Seperti contoh cinta, cinta tidak dapat
didefinisikan, cinta ya cinta saja, benci ya benci saja.
Sangat lama perseteruan rasionalisme dan empirisme tersebut, hingga
akhirnya pada tahun 1671 muncullah I.Kant yang menggabungkan, atau mendamaikan
kedua faham tersebut. I.Kant merupakan pelopor dari positive saintifik, yang
menjadi pendekatan pembelajaran saat ini di Indonesia. Sehingga perkembangan
dunia saat ini sangat dipengaruhi oleh perkembangan filsafat dari masa ke masa.
Tanpa kita belajar filsafat, kita tidak tahu bahwa seluruh sendi-sendi
kehidupan kita dipengaruhi oleh filsafat.
Diakhir penjelasannya, beliau memberikan wejangan untuk selalu
banyak membaca, membaca dari yang ada dan yang mungkin ada, sehingga degan
begitu pemikiran kita akan luas dalam memahami setiap sendi-sendi kehidupan.
Kemudian kuliah diakhiri dengan berdoa menurut kepercayaan masing-masing.
Wassalamu’alaikum
Warahmatullahi. Wabarakhaatu.
No comments:
Post a Comment