Monday 24 February 2014


Cara Matematisasi Kehidupan Nyata



        Pendekatan Matematika realistik Indonesia (PMRI) memang identik dengan pembelajaran matematika yang menggunakan sesuatu yang real atau nyata dalam kehidupan sehari – hari. Semua konteks masalah nyata tentunya tidak semua bisa di matematisasi untuk digunakan dalam pembelajaran. Dan tentunya bagaimana cara mematematisasi masalah dalam kehidupan nyata.
      Traffers menjelaskan pandangan bagaimana cara mematematisasikan masalah kehidupan nyata ke dalam pembelajaran matematika. Dua pandangan cara matematisasi ini yaitu matematika horizontal dan matematika vertikal.
     Pandangan cara matematisasi ini diadopsi oleh Freudhental dalam bukunya yang terakhir yang menyatakan bahwa mematematisasikan secara horizontal yaitu masalah berangkat dari dunia kehidupan untuk diinterpretasikan kedalam simbol – simbol matematika. Sedangkan mematematisasikan secara vertikal membawa dunia nyata ke dalam simbol – simbol matematika. Secara konsep kedua pandangan ini sama dan menekankan kedua aktivitas ini melingkupi seluruh aktivitas matematika.
        Traffers juga menjelaskan bahwa pendekatan empirik hanya lebih fokus pada matematisasi horizontal, sedangkan pendekatan struktural hanya membatasi pada matematisasi secara horizontal. Dan pendekatan secara mekanis tidak ada pada keduanya. Seperti dikatakan Trafer dan Goffer, cara matematisasi ini mempunyai peran yang sangat penting dalam pendidikan khususnya dalam pembelajaran matematika. Pandangan ini mempunyai peran dalam membentuk model – model matematika dari dunia nyata. 

Sumber : Artikel " The Didactical Use of Models in Realistic Mathematics Education : An Example From A Longitudinal Trajectory On Percentage" oleh Marja Van Den Heuvel-Panhuizen 
Ditulis kembali oleh : Insan Agung Nugroho, Mahasiswa pendidikan matematika UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Sunday 16 February 2014

PMRI (Pendidikan Matematika Realistik Indonesia )

Pemodelan Matematika dari Situasi Kehidupan Nyata

Jika tujuan dari pembelajaran matematika ingin agar siswa dapat me-matematisasi keadaan nyata disekitar mereka, maka situasi sebagai potensi untuk mengembangkan kemampuan matematisasi kejadian nyata perlu di desain dengan hati – hati. Usaha untuk mendorong siswa menjadi sumber belajar matematika, dengan kata lain siswa menganggap diri mereka sebagai matematikawan maka kita sebagai guru dalam pembelajaran matematika perlu menyertakan atau melibatkan mereka dalam menemukan suatu konsep matematika sehingga mereka akan lebih paham dengan pemahaman mereka masing – masing.
Secara terus menerus, kita sebagai guru harus menjelaskan kepada siswa, terutama pada siswa sekolah dasar dan menengah pertama bahwa matematika itu sangat nyata, disetiap kehidupan kita mengandung makna matematika. Dengan demikian akan memunculkan semangat dan minat siswa dalam mempelajari matematika karena matematka tidak lepas dari kehidupan disekitar siswa. Beberapa contoh yang sangat sederhana mengenai konsep matematika dikehidupan kita sehari – hari antara lain seperti beberapa nomor atau angka pada suatu tanda, pada nomor telepon, pada alamat rumah. Selain itu kita juga bisa melihat konsep matematika bentuk geometri pada bentuk hidangan atau makanan, cangkir atau mangkok, kotak dan benda benda lainnya disekitar kita. Sehingga secara umum bahwa matematika itu nyata.
Situasi atau keadaan yang mungkin bisa dimatematisasi oleh siswa setidaknya mengandung tiga komponen berikut, yatiu :
  1. Kemungkinan atau potensi situasi untuk dijadikan model matematika harus ada
Sebagai contoh perjalanan bus dan kereta yang mana berapa orang yang naik dan yang turun dapat dimodelkan dalam matematika sebagai penjumlahan dan pengurangan. Kemudian masalah Toko kelontong dan toko eceran, ini bisa dimodelkan matematika dengan mengumpulkan data , misal harga pembelian, harga penjualan, untung, rugi suatu barang , kemudian ada suatu masalah misal tentang berapa harga satu barang tersebut maka masalah ini perlu diselesaikan dengan memodelkan dahulu kedalam bentuk matematika. Jadi secara umum hampir semua situasi bisa dimodelkan dalam bentuk matematika.
  1. Situasi atau keadaan nyata tersebut harus berkaitan dengan kehidupan yang berkaitan dengan kehidupan sehari – hari siswa, sehingga mereka tahu apa yang sedang dilakukan.
Situasi nyata tidak boleh jauh dari kehidupan sehari – hari siswa, ini dimaksudkan agar siswa tidak bingung dengan apa yang mereka kerjakan. Sebagai contoh seorang siswa menggambar kalung dengan dua puluh dua (22) manik – manik sekaligus menentukan uang koin yang dapat digunakan untuk membeli kalung tersebut, yaitu dengan menggambarkan bentuk uang koin dan harga kalung tersebut secara matematis disertai dengan alasannya.
  1. Situasi harus mendorong siswa untuk menjawab pertanyaan, memahami suatu pola, bertanya mengapa dan kenapa sesuatu itu terjadi. Jadi disini ditekankan Inquiry atau penemuan terhadapa situasi nyata untuk dimatematisasi kan. Pertanyaan penemuan dapat muncul melalui interaksi dengan dunia disekitar kita, dari mencari suatu hubungan, dari percobaan menyelesaikan suatu masalah. Sehingga ketika masalah sudah dipahami, itu dapat dijadikan dasar sebagai pemodelan matematika.

Sumber : Sebuah tulisan yang berjudul “ Finding Situation for Mathematizing “ dari subbab “Mathematics” or “Mathematizing “ ?
Ditulis kembali oleh : Insan Agung Nugroho, Pendidikan Matematika Fakultas Sain dan Teknologi , UIN Sunan Kalijaga.

Refleksi Perkuliahan Filsafat Ilmu-Etik dan Estetika Pertunjukan Wayang

Refleksi Perkuliahan Filsafat Ilmu Prof Marsigit MA. Etik dan Estetika Pertunjukan Wayang Oleh : Insan Agung Nugroho/PmC 2017 Ass...