Saturday 25 November 2017

Refleksi Perkuliahan Filsafat Ilmu- Abstraksi Filsafat



Refleksi Perkuliahan Filsafat Ilmu Prof Marsigit MA.
Pertemuan 7- Abstraksi Filsafat
Oleh : Insan Agung Nugroho/PmC 2017
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakhaatu
Kuliah filsafat ilmu pertemuan 7 dilaksanakan pada 31 Oktober 2017 pukul 07.30 – 09.10 Ruang I.02.5.01.13. Pada pertemuan ini, Prof Marsigit memberikan tes jawab singkat seperti biasanya.Kuliah di awali dengan berdoa terlebih dahulu, selanjutnya pertanyaan dari tes jawab singkat tersebut banyak membahas mengenai objek filsafat meliputi yang ada dan yang mungkin ada, wadah dan isi.
Sebuah titik, atau apapun itu merupakan hasil asbtraksi, karena titik merupakan benda piker. Artinya titik tidak mempunyai ukuran panjang, luas, atau lebar.Titik mempunyai sifat sebagai wadah dan isi. Apabila di asbtraksi lagi, titik mempunyai wadah dan isinya.  Ketika menuliskan titik, maka itu adalah bayangan dari titik dipikiran kita. Misal kita tuliskan 2 titik berbeda, yaitu A dan B, kemudian kita tarik garis dari A ke B, makaitu sudah menjadi kenyataan, karena terbtas pada ruang dan waktu.
Hal inilah yang membuat anak-anak susah untuk belajar matematika karena belajar benda pikir. Disini artinya, dimana tidak ada ruang dan waktu dimasuki ruang dan waktu. Ternyata pada fase berikutnya kita menemukan bahwa ruang dan waktu itu naik ke langit, karena pikiran kita bisa memikirkan dua buah titik yang berbeda. Bagaimana kita bisa melakukannya? Yaitu melalui bayangan yang ada di bumi. Jadi yang kita pikir adalah bayangan yang ada di bumi, yaitu yang ada di papan tulis, ini dinamakan hermeneutuika, yaitu pikiran menerjemahkan kenyataan, kenyataan menerjemahkan pikiran dan demikian seterusnya.
Jika titik tidak terkait dengan ruang dan waktu, maka dalam pikiran kita seharusnya hanya ada satu titik. Karena di pikiran kita terbebas dari ruang dan waktu, karena pikiran bersifat identitas, jika seperti itu, bagaimana kita bisa membuat garis A ke B? Oleh karena itu dalam pikiran membutuhkan bantuan dari bayangan untuk memahaminya. Inilah ciri khas manusia yang tidak sempurna, bisa memikirkan dari bayangannya.
Kedudukan bilangan itu lebih tinggi dibandingkan tititik. Karena titik garis dan bidang merupakan bayangan dari bayangan kita, atau bayangan dari kenyataan. Jadi di dalam pikiran struktur geometri lebih rendah dibandingkan struktur aritmetik. Struktur aritmetik, bilangan 3 hanya ada 1. Namun, kalau titik itu lebih dari satu, maka itu merupakan refleksi dari bayangan atau kenyataan. Disini antara titik dan 3 sama-sama merupakan benda pikir namun benda pikir tersebut memiliki tingkatan yang berbeda. Inilah yang namanya berpikir kritis. Jadi, olah pikir kita mencerdaskan. Ternyata juga dalam pikiran kita itu bertingkat-tingkat. Bilangan itu lebih abstrak dari geometri. Aritemetik bilangan itu merupakan bayangan dari kenyataan namun terbatas.
Penjelasan mengenai abstraksi, bahwa jika abstraksi di abstraksi lagi maka akan menjadi  reduksi. Pada dasarnya abstraksi itu reduksi. Walaupun ini memiliki arti yang sama, namun pada dasarnya kita mencari mana yang lebih dahulu dan mana yang lebih sempit dan luas serta mana komponennya. Demikian juga abstraksinya abstraksi dan idealnya abstraksi itu reduksi. Jadi reduksi itu lebih tinggi lagi. Sebenarnya reduksi itu istilah filsafatnya, untuk orang awam itu sama saja dengan memilih. Memilih itu juga reduksi, serta dipilih juga reduksi.
Reduksi itu memiliki arti yang lebih tinggi dari memilih dan di pilih. Karena reduksi itu ada dua yaitu memilih dan dipilih. Jadi yang di dapat dipecah itulah yang memiliki kedudukan atau tingkatan yang lebih tinggi. Setinggi-tingginya dari yang ada dan yang mungkin ada itu komponen dasarnya adalah wadah dan isi. Jadi wadah dan isi merupakan bentuk umum. Wadah sebagai takdirnya, vital,  isi sebagai ikhtiarnya, fatal.
Manusia diciptakan berdasarkan filsafat wadah dan isi. Jadi dalam filsafat wadah ada isi, di dalam isi ada wadah dan isi, dan seterusnya, hal inilah yang dinamakan infinit regres. Ideal itu tidak hanya sempurna, tetapi di atas sempurna. Jadi, ideal dari ideal itu merupakan kuasa Tuhan. Jika sudah kuasa Tuhan, maka kita tidak bisa berfikir kembali, karena kuasa Tuhan itu paling tinggi. Selanjutnya abstraksi dari ideal, atau ideal di ambil saripatinya, itu dinamakan absolut. Sebab jika sudah absolit, masing-masing sudah terangkum, jadi tidak universal. Jika absolut di abstraksi lagi, maka ujung-ujungnya adalah kuasa Tuhan. Ini merupakan hubungan konsep pikiran dengan spiritual. Pikiran yang tertinggi itu jika di idealisasi maka jadi kuasa Tuhan. Ketika berpikir wadah da nisi ciptaan Tuhan, maka dalam kenyataan sudah terbatas oleh ruang dan waktu, artinya wadah da nisi sudah berbeda maknanya. Demikian refleksi perkuliahan, mari ditutup dengan berdoa.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi. Wabarakhaatu

Refleksi Perkuliahan Filsafat Ilmu-Filsafat Universal



Refleksi Perkuliahan Filsafat Ilmu Prof Marsigit MA.
Pertemuan 6- Filsafat Universal
Oleh : Insan Agung Nugroho/PmC 2017
Assalamualaikum wr.wb
Pertemuan filsafat ilmu pada pertemuan 5 dilaksanakan pada 24 Oktober 2017 pukul 07.30 – 09.10 di ruang.5.01.13. Pertemuan ini dimulai dengan tes jawab singkat. Berikut daftar pertanyaan dan jawabannya.
1.      Kapan?
Belum tentu ketika
Ketika kalian datang, belum dimulai. Terus kapan dimulai? Belum tentu ketika kamu datang. Ini merupakan matematika. Pertanyaan “Kapan” ini adalah pertanyaan dari orang awam yang kita tarik ke atas lebih umum.
2.      Bagaimana?
Mengada
Bagaimana itu tentang mengada, mengadanya bagimana
3.      Mengapa?
Terpilih
Kita kuliah di UNY karena terpilih, kita ahir di Indonesia karena terpilih.
4.      Untuk Apa? Pengada
Manusia berpikir untuk memikirkan segala yang ada dan yang mngkin ada, menjadi mengada dan pengada.
5.      Siapa ? Subjek atau Objek
6.      Dimana? Belum tentu disini
Ini jawaban yang umum ketika ditanya dimana.
7.      Kemana ? Perbatasan
Di perbatasan inilah adanya ilmu. Kita menuntut ilmu secara filsafat berarti kita menuju ke perbatasan
8.      Dengan siapa? Dengan sifat
Diriku adalah  sifat, maka sifat bersifat. Segala yang ada dan yangmungkin ada adalah sifat. Semua ciptaan Tuhan adalah sifat
9.      Berapa? Kuantitatif
10.  Apa Kabar? Foundamen.
Fondamen adalah landasan untuk ke pertanyaan berikutnya.
11.   Hallo? Foundamen
Hello adalah salam awal yang menyebabkan semua pembicaraan itu terjadi. Hal ini persis seperti membuat landasan bangunan.
12.  Yang saya hormati? Intensi
Ini fenomenologi Huser. Jika kita hidup tidak memiliki intensi, maka kita tidak bisa hidup. Jika kita hidup ingin melihat semua yang ada, maka kita tidak akan bisa hidup. Oleh karena itu masing-masing dari kita memiliki intensi/ fokus/ memiliki maksud/ memiliki arah tertentu.
13.  Hadirin dan hadirot? Intensi
Ketika mencari perhatian filsafatnya itu intensi
14.  Marilah? Determin
Memiliki kekuasaan untuk memerintah, mengatur, mengajak, dan kuasa.
15.  Hendaknya? Determin
16.  Kita saling menjaga? Hermeneutika
Komunikasi dan harmoni dengan saling menjaga dan berhubungan.
17.  Saling menghormati? Hermeneutika
18.  Barangsiapa? Aturan
19.  Benar adalah benar? Identitas
Dalam kenyataan  ini tidak ada benar adalah benar.  Benar adalah benar hanya ada di dalam pikiran
20.  Salah adalah salah? Identitas
21.  Manusia? Objek
22.  Umat? Predikat
Bolpoin warna biru, bolpoin (S) biru (P). Identitas itu jika S=P. Jadi di dalam dunia ini tidak berlaku, karena yang biru tidak akan pernah sama dengan bolpoin
23.  Oleh karena itu? Koherensi
Kata hubung dalam tulisan,misalnya: oleh karena itu, jika, maka, logika dan sebagainya, hal  itu dimaksudkan dalam rangka koherensi tulisan.
24.  Sebenar-benar? Absolut
25.  Harus? Determin
Demikian refleksi dari pertemuan 6 filsafat ilmu, kemudian kita tutup bersama-sama dengan doa penutup menurut kepercayaan masing-masing.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Refleksi Perkuliahan Filsafat Ilmu-Etik dan Estetika Pertunjukan Wayang

Refleksi Perkuliahan Filsafat Ilmu Prof Marsigit MA. Etik dan Estetika Pertunjukan Wayang Oleh : Insan Agung Nugroho/PmC 2017 Ass...