Sunday 31 December 2017

Refleksi Perkuliahan Filsafat Ilmu-Etik dan Estetika Pertunjukan Wayang



Refleksi Perkuliahan Filsafat Ilmu Prof Marsigit MA.
Etik dan Estetika Pertunjukan Wayang
Oleh : Insan Agung Nugroho/PmC 2017
Assalamu’alaikum wr. wb.
Refelksi berikut bukanlah refleksi pertemuan perkuliahan seperti biasanya, tetapi refleksi dari pertunjukan wayang kulit di Pendopo Museum Sonovudoyo Yogyakarta. Prof Marsigit memberikan sebuah tugas untuk mengungkap etik dan estetika pertunjukan wayang, lebih dalam ke isi ceritanya.
Pertunjukkan wayang yang diadakan di Museum Sonobudoyo ini terdiri dari delapan episode, setiap episode ditampilkan dalam satu kali pertunjukkan setiap malamnya pada pukul 20.00 WIB sampai pukul 22.00 WIB. Kali ini saya berkesempatan untuk menyaksikan pertunjukkan pada hari Kamis tanggal 21 Desember 2017 bersama kedua teman kelas saya. Saat itu, episode yang sedang dipertunjukkan adalah episode kelima mengenai Kematian Prahasta. Episode kelima ini terdiri ada dua setting lokasi. Lokasi yang pertama berada di Kerajaan Pancawita dan lokasi kedua di Kerajaan Alengka.
Beberapa peran yang dimainkan dalam episode tersebut antara lain Rama, Laksamana, Anila dan Wbisana, dengan setting kerajaan Pancawita. Pada setting pertama ini, dikisahkan bahwa singkat cerita Rama menceritakan temannya yang dia harapkan dapat menaklukkan Rahwana. Kepada Rama, Wibisana mengungkapkan kekuatan rahasia yang dimiliki oleh Rahwana, yang mengatakan bahwa kekuatannya berada di dalam sihir pedang Mentawa. Sugriwa kemudian memerintahkan kepada Anila untuk mencuri pedang milik Rahwana.
Peran untuk setting di kerajaan Alengka yaitu Prahasta dan Anila. Dikisahkan bahwa Prahasta adalah satu-satunya orang yang dipercayai oleh Rahwana untuk menjaga Pedang Mentawa. dengan trik ini, Anila mengatur cara untuk mencuri pedang tersebut. Sayang seribu sayang, Prahasta memergokinya dan kemudian mengejarnya. Ketika berada di perbatasan Alengka, Anila melihat tugu yang sangat dekat. Dengan sigap, ia turun ke bawah dan akhirnya Prahasta terbunuh oleh tugu itu.
Dari cerita di episode tersebut, saya berusaha untuk mengungkap makna etik dan estetikanya. Walaupun secara bahasa da nisi saya sangat terbatas pemahamannya. Etik berkaitan dengan tingkatan yang bersifat normative, memiliki hubungan rasa, kesusilaan, akhlak dan moral, menjatuhkan sifat baik atau buruk terhadap sesuatu. Etika dala pertunjukan wayang yaitu mengenalkan norma-norma atau aturan yang ada di dalam kehidupan manusia. Mengajarkan norma-norma kebaikan dan budi pekerti. Wayang sebagai kultur masyarakat jawa banyak sekali memiliki nilai etika, salah satunya yang  berbunyi adigung, adigang, adiguna , artinya janglah sombong ketika memiliki kelebihan. “Sabda Pandita Ratu”, secara harfiah artinya  adalah  ucapan  pandeta  (dalam Islam ulama’) lan Kena Wola-wali”, raja tidak boleh diulang-ulang. Maknanya  adalah  seorang pemimpin haruslah konsekuen untuk melaksanakan apa yang telah diucapkannya. Jadi antara perbuatan dengan yang diucapkan memiliki keseragaman atau tidak kontradiksi.
Melihat dari sisi estetikanya, wayang banyak memiliki unsur seni. Estetika (estetis) adalah cabang filsafat yang membahas tentang seni dan keindahan. Istilah estetika berasal dari kata Yunani “aesthesis”, yang berarti pencerapan indrawi, pemahaman intelektual, atau bisa juga berarti pengamatan spiritual. Batasan keindahan sulit dirumuskan karena keindahan itu abstrak, identik dengan kebenaran. Sehingga keindahan juga memiliki relativitas masing-masing untuk setiap orang. Dilihat dari unsur pembuatnya, wayang yang terbuat dari kulit hewan dengan ukiran-ukiran yang sangat detil menyesuaikan tokoh dan wataknya. Seluruh bagian yang ada dalam pertunjukan wayang memiliki filosofinya masing-masing. Wayang melambangkan manusia, gunungan melambangkan suatu kehidupan, kelir (kain putih untuk bayangan wayang) melambangkan langit, sedangkan debog (batang pisang untuk menacapkan wayang) melambangkan bumi dan sebagainya. Semua mempunyai arti dan nilai seninya masing-masing. Nilai estetika dari wayang selain itu terletak pada seni musik gamelannya. Gamelan jawa merupakan kumpulan alat musik Jawa yang terdiri dari berbagai macam variasi bentuk, ukuran, dan bunyi. Cara memainkannya pun juga bermacam-macam.
Alat music Gamelan yang digunakan untuk mengiringi pertunjukkan wayang antara lain adalah gong, kenong, suling, kendhang, rebab, saron, demung, dan lainnya. Jika dari banyak jenis gamelan itu dimainkan secara bersamaan, senada dan selaras akan menghasilkan bunyi yang indah. Seperti halnya manusia, gamelan dapat dianalogikan sebagai manusia, manusia itu tidak bisa hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Manusia satu dengan manusia yang lain saling membutuhkan. Manusia juga harus seperti gamelan, harus selaras, saling tolong menolong dan saling gotong royong antar sesama karena manusia adalah mahluk sosial. Apabila hal-hal di atas diwujudkan maka akan tercipta keselarasan dalam hidup dan bermasyarakat.
Selain gamelan, juga ada sinden, atau penyanyi yang mebuat suara gamelan lebih hidup dan laras untuk didengarkan. Selain itu, para penabuh gamelan ketika tampil juga selalu mengenakan busana yang seragam dan kompak. Tak kalah para sinden pun juga demikian. Berdasarkan hasil wawancara kami kepada Bapak Sumardiyono, yang memberikan tiket untuk kami bisa menonton wayang, mengatakan bahwa ada 5 dalang yang terlibat dalam keseluruhan pertunjukkan tersebut. Kelima dalang tersebut adalah Ki Maman, Ki Supono, Ki Marsudi, Ki Suharno, dan Ki Sarjiko. Kelima dalang tersebut bergantian setiap harinya sehingga penonton yang menyaksikan setiap hari tidak merasa bosan dan keindahan dari pertunjukkan wayang tetap terjaga.
Demikian hasil refleksi kami sebagai manusia yang masih belajar, banyak sekali nilai moral dan keindahan yang dapat kami dapat dari pertunjukkan wayang kulit. Belum lagi jika nanti menilik sejarahnya, maka sarat akan pelajaran berharga bagi kehidupan manusia.

Wassalamu’alaikum wr. wb.

No comments:

Post a Comment

Refleksi Perkuliahan Filsafat Ilmu-Etik dan Estetika Pertunjukan Wayang

Refleksi Perkuliahan Filsafat Ilmu Prof Marsigit MA. Etik dan Estetika Pertunjukan Wayang Oleh : Insan Agung Nugroho/PmC 2017 Ass...