Sunday 31 December 2017

Refleksi Perkuliahan Filsafat Ilmu-Disharmoni Pendidikan Indonesia



Refleksi Perkuliahan Filsafat Ilmu Prof Marsigit MA.
Pertemuan 12- Disharmoni Pendidikan Indonesia
Oleh : Insan Agung Nugroho/PmC 2017
Assalamualaikum wr wb.
Perkuliahan filsafat pada pertemuan hari ini masih berlangsung denga baik, tetap diruang dan waktu yang sama, walaupun dalam keadaan yang berbeda. Sebagai contoh umur yang bertambah, pecan kemaren dengan pecan sekarang kita sudah bertambah umurnya. Untuk itu marilah kita bersyukur selalu atas kesempatan yang telah Allah berikan.
Pada pertemuan ini beliau menjelaskann tentang paham yang berkembang di dunia barat, seperti Amerika Serikat. Liberalisme sudah mafhum kita pahami sebagai pahamnya Amerika, namun hal ini diyakini yang meruntuhkan ekonomi Amerika. Hal ini karena perubahan pucuk pimpinan yang sangat populis, menginkan hanya dia yang menguasai segala sector strategis.
Keadaannya berbeda dengan Indonesia, sebagai Negara dengan kategori berkembang, pemimpinnya hanya mempunyai senjata ketika berkunjung ke Negara lain, yaitu invest, invest, dan invest. Dalam dunia perekonomian, tentunya ini menguntungkan Indonesia karena mendapat suntikan dana untuk embangunan, namun dari investor sendiri semakin menguatkan pengaruh mereka dalam kebijakan ekonomi Indonesia.
Walaupun demikian, Indonesia berusaha untuk selalu memperbaiki diri, dengan berbagai aturan yang ada. Namun naampaknya belum dapat menjerat kejahatan yang menjadi penyakit bagi bangsa-bangsa, yaitu korupsi. Korupsi adalah musibah yang paling sering menghancurkan pembangunan suatu bangsa. Hal ini terjadi pada berbagai sector, bahkan dalam lingkup pendidikan. Segala hal yang berbau kebijakan pendidikan, maka disitu aka nada celah untuk korupsi. Entah itu ujian nasional, buku teks k13, dsb. Nampaknya sudah menjadi ego bagi pembuat kebijakan dan pemerintah itu sedniri.
Secara filosofis, Indonesia sudah mempunyai landasan yang bagus, yang dicetuskan oleh Ki Hajar Dewantara, yaitu Ing ngarso sung Tulodho, Ing Madya mangun Karso, tut Wuri Handayani. Namun sepertinya sudah mulai dilupakan oleh para petinggi Negara. Konsep ing ngarso sung tulodho hanyalaah semboyan saja, tanpa diterapkan oleh pemerintah sebagai garda terdepan kemajuan pendidikan. Pemerintah masih mengedepankan ego-transaksionalnya. Padahal peran pendidikan sangatlah penting dalam membangun suatu bangsa. Selain system yang bagus, metode dalam pembelajaran di kelas juga harus inovatif dan kreatif, guru merancang sebuah aktivitas belajar bagi siswa, sehingga ssiwa mengalami proses pembelajaran. Sehingga diperoleh pembelajaran yang bermakna bagi siswa.
Berkaitan dengan pembelajaran, system pendidikan yang katanya berlandas pancasila, namun kenyataan na masih berlandaskan capitalism. Orientasi hanya pada materi saja, karena anggapan yang mempunyai materi banyak, maka akan suskes dan bahagia. Oleh karena itu proyek-proyek pendidikan selalu digulirkan dan sulit untuk distop, seperi UN, proyek buku ajar, dan sebagainya. Maka dari itu, sudah menjadi tugas kita untuk merubah paradgima itu nantinya, minimal dari diri sendiri.
Wassalamualaikum wr wb.

No comments:

Post a Comment

Refleksi Perkuliahan Filsafat Ilmu-Etik dan Estetika Pertunjukan Wayang

Refleksi Perkuliahan Filsafat Ilmu Prof Marsigit MA. Etik dan Estetika Pertunjukan Wayang Oleh : Insan Agung Nugroho/PmC 2017 Ass...